Rabu, 16 Desember 2015

Kata Mutiara

1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.

2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.

3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.

4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain
! Maka kamu akan dipedulikan...

5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu, maka orang itu akan paham dengan kamu.

6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis. tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.

8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai,maka kamu akan dicintai.

9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah,. bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.

10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah,maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.

11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur. tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Kamu pasti bisa!

Minggu, 29 November 2015

SEPUTAR TRAJI

Sabtu, 28 November 2015 hujan badai melanda kota Parakan, Ngadirejo, dan Candiroto. Hujan badai sekitar pukul 16.30 ini mengakibatkan warga Desa Traji terkejut karena menimbulkan turunnya es. Hujan es terjadi akibat suhu diudara terlalu dingin. Sejumlah pohon beringin di sendang Desa Traji rubuh hingga menimpai pendopo tempat untuk sesaji hingga rata tanpa sisa. Bahkan pohon Kali Jogo dan Sendang TK juga rubuh. Menurut salah satu warga Desa Traji rubuhnya pohon beringin ini dikarenakan usia pohon yang sudah tua dan terlalu rimbun, suara yang ditimbulkan cukup terdengar keras. Namun sampai hari ini bangkai pohon belum dibersihkan karena belum ada tindakan tegas dari pemerintah desa. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

create by :Ayu Murtiana dan Deko Faristiyan

Rabu, 18 November 2015

ASAL MULA UPACARA 1 SURA TRAJI



A.   ASAL MULA UPACARA RITUAL 1 SURA DESA TRAJI
Legenda upacara adat 1 sura desa Traji yaitu Kirab Pengantin dan pagelaran wayang bermula dari masyarakat desa Traji yang mendengar suara pagelaran wayang yang berasal dari Sendhang Sidhukun, tapi ketika dihampiri disana tidak ada apapun. Keesokkan harinya seseorang bertamu ke rumah kepala desa Traji yang menceritakan bahwa tadi malam orang tersebut melakukan pagelaran wayang di Sendhang Sidhukun. Orang tersebut bernama Ki Dalang Garu yang berasal dari Dusun Bringin Desa Tegalsari. Dalam ceritannya Ki Dalang Garu tidak merasakan tadi malam ditanggap oleh Danyang (makhluk halus) untuk melakukan pagelaran wayang di Sendang Sidukun sebab yang menyuruh seperti orang biasa. Tempat yang digunakan untuk pagelaran wayang juga biasa tetapi tempatnya lebih baik dan penontonnya juga banyak, serta disekitarnya juga banyak deretan pedagang. Tetapi Ki Dalang Garu memiliki firasat yang aneh karena setelah selesainya pagelaran wayang tersebut, upah yang diberikan dari yang punya hajat kepada Ki Dalang Garu hanya berupa kunir satu Irik. Ki Dalang Garu merasa terharu dengan pemberian tersebut sehingga beliau hanya mengambil 3 Rempang. Sepulangnya dari pagelaran wayang, Ki Dalang Garu diberi pesan oleh orang yang punya hajat tersebut agar tidak menoleh ke belakang selama tujuh langkah dari tempat pagelaran. Setelah tujuh langkah Ki Dalang Garu teringat bahwa Blencong(lampu untuk pagelaran wayang) miliknya tertinggal, kemudian beliau menoleh, dan tiba-tiba Blencong tersebut sudah tergantung di pohon beringin. Ki Dalang Garu dikejutkan lagi karena upah yang diberikan berupa kunir berubah menjadi emas 24 karat tapi itu semua yang menentukan adalah Allah SWT.
Setelah mendengar cerita dari Ki Dalang Garu, maka Bapak Kades mengambil kesimpulan dan menentukan bahwa setiap malam tanggal 1 Sura diadakan upacara ritual Sesaji Selamatan Sadranan Sendhang Sidhukun dan pagelaran wyang kulit. Cerita pada pagelaran wayang kulit mengambil lakon tentang Tambak yang bermakna untuk menambak hawa nafsu manusia menuju jalan kebenaran.
Pada tahun 1964-an desa Traji yang terdiri dari 4 RW terjadi perselisihan. 2 RW ingin tetap melaksanakan pagelaran wayang, sedangkan 2 RW lain tidak ingin melaksanakan pagelaran wayang. Sehingga, dampak dari 2 RW yang tidak melakukan pagelaran wayang ekonominya turun dan kehidupan masyarakatnya buruk. Sebaliknya, 2 RW yang melaksanakan pagelaran wayang ekonominya naik dan kehidupan masyarakatnya baik.
B.    PROSES PERJALANAN UPACARA RITUAL
  Sebulan sebelum pelaksanaan ritual, pemerintah desa, panitia ritual 1 Sura dan sesepuh desa Traji mengadakan raat. Pada rapat I membahan mengenai pelaksanaan pagelaran wayang kulit dan biaya yang diperlukan. Pada rapat ke II membahas mengenai ketua panitia Ritual 1 Sura dan mengumpulkan seksi-seksi, RT, RW, perangkat desa Traji, sesepuh desa Traji dan Hansip setempat. Pada rapat ini membahas mengenai penentuan dalang dan biaya, ketika sudah sepakat maka ketua panitia membagi bagian ke masing-masing RT, dan RT membagi bagian kepada masyarakat dengan cara Undu-usuk (suka rela atau seikhlasnya) sehingga lebih dan kurangnya biaya ditanggung oleh panitia. Pelaksanaan rapat yang terakhir membahas tentang pembagian kerja bagi semua seksi, masing-masing seksi menjalankan tugasnya.
Pada hari H, orang-orang yang sudah diberi wewenang untuk ikut kirab pengantin berkumpul di Balai Desa Traji pukul 17.00 WIB. Sebelum berangkat, sesepuh melakukan upacara Kenduri yang bertujuan untuk melakukan doa memohon kepada Sang Pencipta agar dalam pelaksanaan upacara ini selalu diberi kelancaran dan keselamatan. Setelah upacara Kenduri, maka kira-kira pada pukul 18.30 WIB rombongan sesaji meninggalkan Balai Desa Traji menuju ke Sendhang Sidhukun dengan berjalan kaki yang diawali oleh rombongan pembawa sesaji yang berpakaian adat Jawa. Perjalanan menuju Sendhang Sidhukun diiringi dengan lampu Petromax, selanjutnya Bapak Kades serta Ibu Kades juga berpakaian layaknya pengantin adat Jawa yang menggunakan kain Truntum. Dibelakangnya, perangkat desa, sesepuh dan putri domas juga menggunakan pakaian adat Jawa. Barisan paling belakang adalah seksi keamanan dan seksi dokumentasi.
Setibanya rombongan kirab pengantin di tempat sesaji, rombongan disambut oleh Seksi Sendang dengan berjabat tangan, selanjutnya dipersilahkan menempati tempat sesaji.
Selanjutnya juru kunci sendang mulai membakar menyan yang intinya memohon doa kepada Allah SWT  agar diberi keselamatan supaya upacara ritual 1 Sura dapat berjalan dengan baik dan lancar. Setelah selesai lalu mengambil sesaji yang pokok berupa :
ü  Uncet bakar
ü  Ingkung ayam
ü  Bunga harum
ü  Pisang
ü  Ketan Bakar
ü  Ketela
ü  Gembili
ü  Bunga kecipir
ü  Kupat lepet
ü  Minuman : Kopi, Teh, Air putih, dan Santan.
ü  Nasi tumpeng yang didalamnya berisi kepala kambing beserta kakinya (untuk dibuang ke Sendhang), jajanan pasar lengkap, tikar pasir, kendi dan bungkusan, beras putih dan kuning, bungkusan bunga dll.
          Kemudian Bapak Kades memohon kepada Allah SWT agar dirinya dan semua masyarakatnya diberi keselamatan, kesehatan lahir dan batin, rukun, sejahtera, jauh dari mara bahaya dan rejeki oleh Allah SWT. Setelah selesai, maka Bapak Kaum membaca doa agar semua cita-cita masyarakat desa Traji dapat terwujud dan dikabulkan oleh Allah SWT, selanjutnya disambut dengan kidungan Macaphat yang intinya adalah untuk ketentraman dan kesejahteraan masyarakat desa Traji. Kemudian, Seksi Sendhang mulai membagi-bagikan sesaj yang ada dengan cara ditaburkan kepada semua pengunjung, dibuat dengan cara rebutan. Bagi yang percaya, maka hal itu seperti merebut rejeki. Seksi Sound System bekerja keras untuk menasehati kepada semua pengunjung dan memberi pengarahan terhadap prosesi ritual sesaji. Seksi Keamanan juga berperan penting untuk mengamankan jalanya ritual ini, dan seksi dokumentasi bertugas mendokumentasikan prosesi ritual sesaji tersebut.
          Setelah upacara ritual sesaji, maka Bapak Kades beserta rombongan meninggalkan lokasi sesaji Sendhang Sedhukun dan meneruskan sesaji di Kali Jaga yang bertujuan sama. Setelah semua upacara selesai, rombongan pulang ke Balai Desa Traji, dalam perjalanan pulang Ibu Kades membeli jajanan di setiap penjual dengan menggunakan koin kuno, bagi pedagang yang percaya jualannya akan laris. Sesampai di Balai Desa dilanjutkan dengan acara malam Tirakatan, sedangkan siangnya diadakan kesenian yang ada di desa Traji dan selanjutnya selama 1 hari 1 malam diadakan pagelaran wayang kulit.
          Tradisi adat di lokasi sesaji setelah upacara ritual, para pengunjung mulai berebutan mengambil air ke lubang sumur sesaji. Setelah ada pengarahan dan nasehat dari Seksi Sendhang maka pengambilan air tersebut dapat teratur dan tertib. Dalam pengambilan air tersebut pelayanannya satu persatu hingga 3 hari 3 malam. Sebelumnya pengunjung ditanya apa maksud dan keperluannya, maka Seksi Sendhang berdoa agar permohonan dari pengunjung terkabul lalu pengunjung baru di berikan air tersebut. Setelah selesai mengambil air para pengunjung pergi dan memasukkan uang dalam kas seikhlasnya.
          Setelah semua upacara ritual 1 Sura selesai, maka tugas ketua panitia mengadakan rapat pembubaran yang menghadirkan seksi-seksi panitia, perangkat desa, BPD, LKMD, dan LMD, Ketua RW, Ketua RT seluruh dusun dan para sesepuh desa untuk menyimpulkan hasil kerja kepanitiaan, keluar masuknya dana sehingga masyarakat tahu. Setelah selesai membuat laporan, maka panitia ritual 1 Sura membuat surat edaran laporan dana dan disalurkan ke masing-masing ketua RT guna disalurkan kepada masyarakat.